Palembang, Detik Sumsel — Yeni Roslaini Izi adalah aktivis perempuan di Provinsi Sumsel yang telah berkutat dalam pergerakan membela perempuan selama tiga zaman. Era orde baru, era reformasi, dan pasca reformasi. Alumnus FKIP Unsri ini, tak memilih profesi sebagai guru kelas. Tetapi, justru menjadi guru ‘masyarakat’.
Di awali dari Yayasan OWA lalu bergabung di Women Crisis Centre (WCC) Sumsel. Dari anggota menjadi Direktur dan kini dewan pengurus di NGO wanita tersebut.
Selama memperjuangkan perempuan, suatu ketika di awal reformasi bahkan sempat divonis kurungan 6 bulan penjara karena jeratan pencemaran nama baik. Kasus yang menimpa wanita yang dibelanya memang sama-sama bergulir di meja hijau seiring kasus pencemaran nama baik. Putusannya, terdakwa pada kasus pelecehan seksual justru bebas karena tidak terbukti, sementara kasus pencemaran nama baik yang diarahkan kepadanya berbuah pidana enam bulan.
Putusan banding yang memperkuat vonis hakim, malah berbuah vonis bebas murni di kasasi. Sehingga aktivis perempuan ini pun urung menikmati hotel prodeo. Baginya, ancaman hotel prodeo tidaklah membuatnya takut dan berhenti membela hak-hak wanita.
Kapan pun, memang persoalan-persoalan yang menimpa wanita tak pernah terhenti bahkan seakan menjadi fenomena gunung es. Itu pula yang membuat perjuangan membela hak-hak perempuan juga seakan tak akan pernah terhenti.
Bagaimana lika-liku perjuangan dan seperti apa persoalan yang membelit penegakan hak-hak perempuan, dibuka secara tuntas di podcast ini. Di channel DESTV, di rubrik Woles (Wawancara dan Obrolan Seputar Sumsel). (Nasir)